SEJARAH AL CAPONE


NEW YORK, musim dingin 1899. Salju jatuh dan membuat kawasan Brooklyn Borough seputih kapas. Orang malas keluar. Jalanan menyepi.

Didera oleh suhu yang menggigit tulang, pasangan Gabriele dan Teresina Capone tengah berharap-harap cemas menanti kelahiran anak ke-4 mereka.

Tak banyak yang diketahui orang perihal detik-detik kelahiran bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Alphonse Gabriel Capone itu. Tapi sejarah mencatat, kemunculan Alphonse pada 17 Januari 1899 bagaikan api yang menghangatkan rumah Keluarga Capone.

Gabriele adalah seorang tukang cukur dari Castellammare di Stabia, sebuah kota sekitar 16 mil (24 km) selatan Napoli, Italia. Teresina, putri Raiola Angelo Angri, adalah penjahit di sebuah kota di Provinsi Salerno. Menurut sumber tulisan ini, Wikipedia, keluarga Capone memiliki delapan (dari sembilan) anak:

  1. James Capone (1892 – 1 Oktober 1952)
  2. Raffaele Capone (12 Januari 1894 – 22 November 1974)
  3. Salvatore “Frank” Capone (Januari 1895 – 1 April 1924)
  4. Alphonse “Scarface Al” Capone (17 Januari 1899 – 25 Januari 1947)
  5. John Capone (1901 – 1994)
  6. Albert Capone (1906 – Juni 1980)
  7. Matius Capone (1908 – 31 Januari 1967)
  8. Rose Capone (lahir dan meninggal 1910)
  9. Mafalda Capone (kemudian Mrs John J. Maritote, 28 Januari 1912 – 25 Maret 1988)

Anak-anak Keluarga Capone itu dibesarkan dalam latar belakang agama yang kuat. Ibu mereka adalah seorang penganut Katolik Roma yang taat.

Keluarga Capone berimigrasi ke Amerika Serikat pada 1893 dan menetap di Navy Street 95, di dekat Galangan Angkatan Laut bagian Brooklyn.

Ketika Al berusia 11 tahun, Keluarga Capone hijrah lagi ke Garfield Place, Park Slope, Brooklyn.

Menjalani masa kanak-kanak dengan keras, Capone drop out dari sekolah Umum New York pada usia 14 tahun, setelah diusir dari Public School.

Dia kemudian bekerja di pekerjaan sambilan di Brooklyn, termasuk di toko permen dan sebuah tempat boling. Di situlah Capone dekat dengan gangster Johnny Torrio, yang kelak dianggapnya sebagai mentor.

Setelah tugas awal kecil-kecilan dengan beberapa geng, termasuk The Junior, Capone bergabung Rippers Brooklyn yang kelak lebih dikenal dengan julukan Gang Five Points. Di situ dia dibimbing dan dipekerjakan oleh pemeras bernama Frankie Yale.

Gang Five Points dikenal sebagai kelompok yang keras dan tak pandang bulu. Dalam salah satu aksi mereka, Capone terluka di wajahnya, membuatnya dijuluki “Scarface”.

Pada 30 Desember 1918, Capone menikah dengan Mae Josephine Coughlin yang memberinya seorang anak bernama Albert Francis (“Sonny”) Capone.

Setelah itu, Capone berangkat New York untuk Chicago, tanpa istri dan anaknya. Capone membeli sebuah rumah sederhana di Prairie Ave pada 1923 dengan harga USD $ 5.500.

Datang atas undangan Johnny Torrio sang penguasa Chicago, Capone sempat bentrok dengan Gang Tangan Hitam. Semua anggota kelompok ini dibantainya.

Aparat keamanan Chicago pun memburunya. Capone menjadi tersangka dua kasus pembunuhan dan pemerkosaan, dan terpaksa lari mencari tempat yang aman dan pekerjaan yang lebih baik untuk keluarganya.

Chicago 1923. Terjadi reformasi besar-besaran. Wali Kota William Emmett Dever mulai menekan para gangster. Capone terpaksa memindahkan kantor pusatnya di luar jangkauan polisi dan menciptakan zona aman untuk operasinya ke Cicero, Illinois.

Capone mengambil alih kekuasaan mafia Cicero pada 1924. Gangster Cicero di bawah pimpinan Myles O’Donnell dan saudaranya William “Klondike” O’Donnell sempat bertempur melawan anak buah Capone. Tapi kalah. Perebutan wilayah ini menyebabkan kematian lebih dari 200 orang, termasuk yang terkenal “Hanging Jaksa Penuntut” Bill McSwiggins.

Pada 1924, pemilihan dewan kota di Cicero pun kelak dikenal sebagai salah satu pemilu yang paling bengkok di daerah Chicago. Para pemilih diancam para preman di beberapa TPS. Calon wali kota yang disokong Capone pun akhirnya menang dengan margin suara besar.

Capone dan wali kota boneka secara berani menguasai Balai Kota. Mereka seperti ingin memberikan pernyataan yang kuat bahwa kekuasaan mereka merupakan kemenangan besar bagi aliansi Torrio-Capone.

Sayang, kemenangan itu dirusak oleh kematian saudaranya, Frank, di tangan polisi. Capone melolong di pemakaman saudaranya dan memerintahkan penutupan semua klub di Cicero untuk satu hari sebagai tanda hormat.

Capone terkenal selama Era Pelarangan. Dia mengendalikan sebagian besar Chicago dari bawah tanah dengan pendapatan kotor diperkirakan mencapai US $ 100 juta per tahun.

Kekayaan ini dihasilkan melalui segala macam usaha ilegal, seperti perjudian dan prostitusi, meskipun penghasil uang terbesar adalah penjualan minuman keras. Ada kisah yang menyebutkan bahwa Capone memiliki kebiasaan “mewawancarai” pelacur baru bagi klubnya sendiri.

Roda waktu berputar. Capone makin menggurita ketika membuka bisnis minuman keras yang ketika itu dilarang oleh pemerintah negara bagian setempat.

Melonjaknya permintaan minuman keras dipenuhi oleh jaringan transportasi yang diselundupkan dari Pantai Timur dan The Purple Gang di Detroit, serta pasokan lokal berupa pabrik bir ilegal.

Dengan dana yang dihasilkan oleh operasi penyelundupan, cengkeraman Capone pada politik dan instansi penegak hukum di Chicago pun tumbuh lebih kuat. Dan semakin kuat.

Melalui korupsi yang terorganisasi inilah, termasuk menyuap Walikota Chicago, William “Big Bill” Hale Thompson, operasi geng Capone bebas dari gangguan hamba hukum.

Capone bebas menikmati gaya hidup mewah. Ia mengisap cerutu kelas satu. Makanan lezat dan minuman pilihan. Favoritnya Templeton Rye yang dikirim khusus dari Iowa. Ia juga mengoleksi perhiasan dan teman wanita.

Perhatian media massa pun tersedot oleh karisma dan uangnya. Di depan wartawan yang mencegatnya, Capone selalu merendah, “Aku hanya seorang pengusaha, orang-orang yang memberikan apa yang mereka inginkan dan yang saya lakukan adalah memuaskan permintaan publik.”

Capone menjadi seorang pesohor. Juga sasaran tembak. Kekerasan demi kekerasan harus dia hadapi setiap saat. Rival-rivalnya selalu menginginkan balas dendam. Mereka yang usahanya terpaksa gulung tikar oleh Capone termasuk kelompok gangster Hymi Weiss dan Bugs Moran. Lebih dari sekali, mobil Capone disiram peluru. Tapi dia selalu lolos.

Cuaca di atas Al Capone baru berubah ketika pada 1929 muncul seorang penyidik yang gigih, Eliot Ness. Dengan tekun Ness menginvestigasi jejak kejahatan Capone dan bisnisnya. Dia menutup banyak tempat pembuatan bir dan sarang penyelundupan Capone. Pendeknya, Ness adalah mimpi buruk bagi Capone.

Berkat usaha yang gigih dan tak kenal menyerah, Ness berhasil menyeret Capone ke meja hijau. Pada 1931, Capone didakwa atas penggelapan pajak dan berbagai pelanggaran terhadap Undang-Undang Volstead.

Setelah sidang yang panjang, Capone dinyatakan terbukti bersalah mengemplang pajak dan melanggar Undang-Undang Volstead. Hakim memvonis Capone hukuman sebelas tahun penjara dan denda sejumlah uang. Capone melawan dan mencoba naik banding. Tapi ditolak.

Pada Mei 1932, Capone dikirim ke Atlanta US Lembaga Pemasyarakatan, penjara federal yang tangguh, tapi ia mampu memperoleh hak-hak istimewa. Ia kemudian dipindahkan ke Alcatraz yang sangat ketat dan tanpa kompromi.

Capone dibebaskan bersyarat pada tanggal 16 November 1939, menghabiskan waktu singkat di rumah sakit, lalu kembali ke rumahnya di Pulau Palm, Florida, hingga ajal menjemputnya pada 25 Januari 1947.