PROPERTY
















BEKAS PENJARA AL CAPONE


Penjara yang letaknya di Philadelphia, Amerika Serikat ini dulunya tahun 1947 adalah tempat buinya sang Bos Mafia yang legendaris Al Capone.














NASEHAT AL CAPONE


Tutup mulut rapat-rapat, buka mata lebar-lebar, Nasehat Al-Capone




Dalam buku saduran dari The Mafia Manager: a guide to the corporate machiavelli, penulis seorang mentor Mafia yang masih aktif, pada dasarnya resep tim sukses Mafia dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu mempersiapkan dan mengelola diri sendiri agar terampil menjalankan tugas dan saat mengelola atau mempekerjakan orang lain.
Ada setumpuk buku yang menjelaskan teknik-teknik manajemen dari para eksekutif perusahaan raksasa bisnis yang sukses. Tetapi kebanyakan buku-buku tersebut hanya mengulang-ulang teori yang dipercaya masyarakat luas dan para akademisi sebagai bagian dari kurikulum MBA.

Tetapi yang tidak pernah dibicarakan dalam buku-buku teks adalah endapan kebijaksanaan dari orang yang pernah mengelola salah satu kartel besar di dunia, paling menguntungkan, paling panjang dalam sejarah kapitalisme dan kejahatan terorganisasi yang dijuluki Mafia, La Cosa Nostra, The Syndicate, The Mob, The Outfit dan setengah lusin julukan lainnya.

Yang berbeda dalam sistem pengelolaan usaha ala mafia, mereka tidak mengobral kata-kata. Semua berdasarkan pragmatisme dan irit kata sehingga sering dijuluki Kekaisaran Bisu.

Seorang anggota Mafia kawakan biasa disebut “capo” yang artinya mentor – menyoba menuliskan seluk beluk manajemen dalam organisasi Mafia. Ia hanya dikenal dengan nama samaran Mr “V” bahkan lokasi kediamannyapun dirahasiakan.

Kedudukan mentor dalam organisasi Mafia sangat dihargai sebab nasihatnya sekalipun kadang bertentangan dengan cara pemikiran yang konvensional, namun sejujurnya mereka adalah sumber ilmu dan pengetahuan hidup organisasi sehingga dipercaya melebihi teman dekat atau bahkan pasangan hidup sekalipun.

Kehidupan Mafioso sebutan anggota Mafia umumnya sangat tertutup bagi orang luar sehingga merupakan masukan berharga tatkala salah satu pentolan mereka memberanikan diri mengungkapkan seluk beluk organisasi rahasia asal Sisilia yang terkenal sangat disegani para lawan maupun hamba wet sendiri.

Mr “V mengutip salah satu tulisan Machiavelly dalam buku Il Principe. Dikatakan bahwa kadang manusia baik akan menjadi kecewa ketika mereka berada di tengah orang tidak baik. Oleh sebab itu, perlu belajar menjadi orang tidak baik sehingga pada saatnya kita dihadapkan pada pilihan untuk menggunakan atau tidak menggunakan kemampuan kita.

Dalam kehidupan sehari-hari kita sering kecewa mengapa tokoh penjahat Mafia selain selalu dilukiskan kaya raya hidup bergelimang harta juga organisasi mereka bisa besar, mampu berekspansi namun tangan hukum seperti kesulitan untuk menyentuhnya. Sementara usaha dagang yang “lurus” lebih banyak yang setengah jalan lantaran lebih banyak dibumbui intrik perebutan kekuasaan, penghianatan dan korupsi.

Selanjutnya V menulis bahwa orang yang sukses menuju puncak kepemimpinan dalam Mafia biasanya orang yang mampu mengelola orang lain. Tak salah ia menyitir pepatah bahwa hawa dipuncak gunung kadang memang lebih hangat daripada di lembah. Sayangnya di puncak gunung tidak tersedia banyak ruang lapang sehingga harus diperebutkan.

Sejarah Mafia

Mafia berasal dari bahasa Sisilia kuno, Mafiusu, yang diduga mengambil kata Arab mahyusu yang artinya tempat perlindungan atau pertapaan. Setelah revolusi pada 1848, keadaan pulau Sisilia morat-marit sehingga mereka perlu membentuk ikatan suci yang melindungi mereka dari serangan bangsa lain dalam hal ini bangsa Spanyol. Nama mafia mulai terkenal setelah sandiwara dimainkan pada 1863 dengan judul I mafiusi di la Vicaria “Cantiknya rakyat Vicaria), yang menceritakan tentang kehidupan pada gang penjahat di penjara Palermo.

Sekalipun tidak jelas siapa yang mendirikannya, namun pendirian organisasi ini mula-mula berdasarkan ikatan persaudaraan diantara sesama warga keturunan pulau Sisilia. Dalam perjalanan sejarah, kelompok yang semula kecil menjadi besar dan membutuhkan dukungan keuangan yang lebih banyak sehingga misi pendirian organisasi mulai bergeser menjadi mencari keuntungan sebesar-besarnya dengan tidak mengindahkan tata aturan masyarakat yang lain. Yang mengherankan para anggotanya merasa tidak melakukan tindakan kriminal sebab di mata mereka, apa yang dilakukannya adalah sekedar memberikan proteksi atau perlindungan terhadap kelompok lain yang mengalami tekanan atau pemerasan. Sehingga pelaku merasa bangga dan terhormat dapat “menolong” seseorang dari kesusahan. Sejak itulah kata Mafiusu berubah arti menjadi orang atau organisasi “terhormat.”

Nama lain dari Mafia adalah Cosa Nostra, anggotanya selalu menulis kata ini dengan penuh hormat yaitu ditulis dengan awal huruf besar. Pengertian Cosa Nostra sendiri adalah “our thing” atau sama-sama satu bangsa, satu pemikiran atau “orang kita.” Namun dalam buku terjemahan Mafia Manager oleh Bern Hidayat disebut bahwa terjemahan Cosa Nostra adalah “urusan kita.”

Ketika beberapa pentolan Mafia seperti Johnny “si rubah” Torrio berimigrasi ke lahan yang lebih menjanjikan yaitu Amerika sekitar 1930, maka dunia kejahatan Amerika mulai diwarnai darah yang dihasilkan oleh orang berdarah Italia. Apalagi Johnny merasa perlu membawa seorang tangan kanannya yang dikenal licin dan kejam terhadap musuh-musuhnya yang kelak akan merepotkan pemerintah Amerika, Al Capone.

Penyaringan menjadi anggota Mafia.

Untuk menjadi anggota Mafia secara turun temurun dibutuhkan seseorang yang memang berdarah Sicilia. Bila syarat ini dipenuhi, maka ujian lainnya adalah apakah masih merupakan pimpinan kelompok gang tangguh diwilayah anda. Proses selanjutnya adalah melampirkan daftar referensi dari gembong Mafia yang menyatakan mereka mengenal calon anggota tersebut dan lampu hijau baginya untuk diterima.

Bila seseorang telah resmi diterima, maka para plonco ini akan berada dibawah pengawasan seorang mentor yang mereka sebut “capo”– pelajaran pertama tentunya selain taat pada perintah sang Capo, para plonco harus menjaga mulut rapat-rapat, namun membuka mata dan otak lebar-lebar. Kalau para Capo tertawa, maka anak didikannya harus tertawa. Kalau Capo membentak, maka diwajibkan bagi anak didiknya untuk terbungkuk-bungkuk seakan baru dilanda angin puting beliung. Tidak ada perintah yang bersifat kelewat bengis atau tidak manusiawi, semua harus diterima sebagai perintah yang masuk akal. Perintah Capo adalah perintah Dewa dalam arti tidak boleh ditolak, dan harus dikerjakan serta diselesaikan dengan sempurna, rapi dan jangan meninggalkan jejak.
Ada pepatah dikalangan para siswa yaitu “bergaulah dengan orang diatasmu, dan lunasilah semua ongkosnya.”– menjelaskan bagaimana hubungan siswa dengan pelatih.

Namun jangan coba menjilat mentor ini secara berlebihan sebab bukan tidak mungkin para penjilat diberi ciuman kematian oleh sang Capo. Bilamana Capo memberi tugas, maka anggota wajib melakukan dengan benar sehingga diperlukan seni bertanya kepada para Capo yang tentunya tidak mudah. Beberapa anggota baru sering mengalami kesulitan akan “seni bertanya” kepada mentor mereka, namun hal ini sangat penting dilakukan. Sebab apa jadinya kalau gara-gara tidak paham perintah, seseorang menyikat anggota mafia lain yang memang ditanam dalam organisasi lain, atau menaruh bom di tempat yang salah.

Resep lain jangan pernah bermain cinta dengan kenalannya, atau orang-orang yang berada di bawah perlindungan sang Capo.

Jangan cepat tergoda jika gundik-gundiknya, sekretarisnya, isterinya, keponakan, anak, bahkan babu sekalipun menggoda anda dengan lirikannya. Pendeknya apapun miliknya jangan sekali-sekali disentuh. Kalaupun kelak ada yang dijadikan menantu oleh sang Capo, tentu saja atas ijinnya, maka sebutlah ini sebagai “karunia Tuhan atas manusia pilihan.”

Mereka menyebut larangan ini dengan “jangan ambil daging ditempat Capo mengambil roti.” Hukuman bagi pelanggar komitmen hanya satu yaitu mati.

Kalau ada yang memiliki bakat wartawan, para Capo akan tidak mengendurkan pengawasan terhadap mahluk aneh satu ini. Pasalnya mereka tidak suka pada kegiatan menulis termasuk menulis nama pelanggan, alamat-alamat, jumlah hutang, persetujuan rahasia. Dokumen ini nantinya akan menjadi kendaraan yang cepat menjebloskan penulisnya kedalam penjara.

SEPAK TERJANG AL CAPONE


Al Capone putus dari sekolah umum di Brooklyn, ia kemudian bekerja serabutan di Brooklyn termasuk disebuah toko permen dan bowling. Selama masa itu Al Capone dipengaruhi oleh Giovanni Torrio Alias John "Papa Johnny" Torrio atau disebut juga “The Fox” yang kelak menjadi mentornya.
Setelah pekejaannya sebagai pencuri kelas teri, Al Capone bergabung dengan komplotan yang terkenal buruknya yaitu Five Points Gang. kemudian dia dpekerjakan sbagai tukang pukul di Coney Island Dance Hall and Saloon oleh Frankie Yale Si Tukang Palak. Disinilah Al Capone menerima bekas luka yang membuat ia mendapat panggilan "Scarface".


Pada 30 Desember 1918, Al Capone menikah dengan Mae Josephine Coughlin seorang perempuan Irlandia dan dkaruniai seorang anak yang diberi nama Albert Francis "Sonny" Capone. Kemudian sekitar tahun 1921, Al Capone dan keluarga kecilnya mmutuskan pindah ke Chicago dan menempati rumah di 7244 South Prairi Ave, selatan kota Chicago. Capone datang atas undangan Torrio yang sedang mencari peluang usaha berdagang barang² gelap. Masa itu Torrio memperoleh kekayaan dari hasil kejahatan James "Big Jim" Colosimo yang terbunuh (dugaan dibunuh oleh Frankie Yale, walaupun tuduhan itu tidak terbukti karena kekurangan bukti) setelah menolak memasuki bidang bisnis baru dan Al Capone pada masa itu juga telah didakwa melakukan pembunuhan.


Setelah pemilihan walikota 1923, walikota Chicago Terpilih William Emmet Dever melakukan reformasi, pemerintah kota Chicago mulai menaruh tekanan terhadap gangster dan penjahat di kota Chicago. Hal ini membuat para gangster dan penjahat gerah. Untuk menaruh markas besarnya diluar kota yurisdiksi, organisasi Capone (Chicago Outfit) masuk dengan cara kekerasan ke dalam Cicero, Illinois. Mereka bertarung dengan penjahat Cicero Myles O'Donnell dan William "Klondike" O'Donnell untuk memperbutkan kekuasaan di Pusat Kota Cicero. Kemenangan ada ditangan Capone, dan itu merupakan kemenangan Capone yang paling luar biasa; pengambil alihan pemerintah kota Cicero pada 1924. Perang tersebut mengakibatkan lebih dari 200 orang tewas.


Capone (lewat pengikutnya Murray The Hump), mendalangi pembunuhan yang paling terkenal dalam dunia gang abad 19, Saint Valentine's Day Massacre 1929. Di chicago, pada 14 Februari 1929, terjadi peristiwa penembakan tujuh anggota gangster Mafia Bugs Moran secara kejam. Meskipun rincian dari pembunuhan disebutkan hanya tujuh korban yang dtemukan disebuah garasi 2212 North Clark Street tapi diperkirakan sesunguhnya korban tewas lebih dari itu. Dari kejadian itu langsung dihubungkan dengan Capone dan para pengikutnya terutama Murray The Hump dan Jack "Machine Gun" McGurn tapi tidak seorang pun pernah didakwa atas peristiwa tersebut.


Akhir dari sepak terjang Al Capone sendiri bukan karena pembunuhan, penganiayaan, perampokan, pencurian ataupun penyuapan, namun karena kasus penyelundupan. Al Capone ditangkap saat menyelundupkan minuman keras oleh agen FBI yang bernama Eliot Ness, yang sudah mengincar Al Capone sejak lama. Kasus itulah yang akhirnya menjadi pintu bagi para penegak hukum di AS untuk mengadilinya secara berlapis di meja hijau.


Ness Kontra Capone

Mendapati kenyataan pahit itu, di mana rayuannya berjawab tolakan, Capone memperketat pengamanan sekitarnya. Dia merasa terancam. Ke mana-mana dia selalu dikawal minimal 10 antek. Dengan cara itu, Capone berharap anak buah Ness tak bisa menyentuhnya. Di saat bersamaan dia juga menyiapkan serangan balik untuk membungkam si orang bersih. Tekanan dan teror digencarkan.


Ness sadar situasi itu. Dia juga tahu kalau orang-orang Capone sedang mengawasi rumah orangtuanya. Dia pun memerintahkan anak buahnya untuk melindungi orang-orang tercintanya. Misi Capone meneror keluarga Ness gagal.

Tameng yang dipasang Capone memang sempat membuat anak buah Ness kesulitan membombardir si mafia. Apalagi si gembong dibentengi cecunguknya yang mengenakan seragam aparat penegak hukum.

Tapi Ness dan anak buahnya tidak menyerah. Pada akhirnya Ness dkk, dengan usaha yang luar biasa keras, berhasil membongkar salah satu pabrik miras terbesar milik Capone. Uang USD 200.000 berhasil diselamatkan.

Sadar kebobolan telak, Capone makin kalap. Dia perintahkan anak buahnya untuk meningkatkan dosis teror untuk Ness. Dia habisi salah satu teman baik Ness dengan cara yang amat luar biasa kejam. Mayatnya dipamerkan di depan Ness.

Tapi Ness tak pernah keder. Dia jawab teror itu. Dia telepon Capone secara pribadi. Dalam perbincangan itu dia minta Capone, pada suatu hari pukul 11.00, melihat ke luar jendela. Di luar rumah Capone, Ness memarkir semua kendaraan aset-aset si bos mafia yang berhasil disitanya. Ness melancarkan teror balik, dengan menunjukkan bahwa kian hari Capone kian melarat, karena satu persatu asetnya disikat.

Capone kian gelap mata dan ngawur. Untuk membalas teror Ness, dia habisi lagi tiga orang terdekat si bos antikorupsi. Tapi teror itu tetap tak cukup untuk membuat Ness pasang gigi mundur. Rasa perih ditinggal orang-orang terdekat yang mati terbunuh tak menyurutkan langkahnya untuk membungkam si biang penggelapan pajak.

Untuk membalas teror beruntun itu, Ness tak kalah menggila. Gong balasan Ness ditabuh ketika timnya berhasil membongkar sebuah pabrik miras superbesar terdiri dari dua lantai beromzet USD 1 juta.


Tim Ness juga berhasil membongkar praktik penyelundupan alkohol –bahan utama pabrik miras Capone– dari luar Chicago. Kian kuat saja indikasi penggelapan pajak ala Capone. Si mafia makin mati kutu. Dengan bukti-bukti itu, Capone mulai diseret ke depan penyidik.

Setelah sukses melumpuhkan Capone, Ness dkk mendapat tugas untuk menelisik siapa-siapa saja pejabat yang melindungi bos penjahat itu. Dan didapatilah sekitar 200-an polisi kunyuk yang mengabdi pada duit haram Capone. Mereka semua diseret ke pengadilan dan dihukum.

Pada 12 Juni 1931, Ness juga berhasil menunjukkan pada jaksa penuntut umum bahwa Capone dan 68 anggotanya melakukan persekongkolan untuk menggelapkan pajak. Dan persekongkolan itu, tak tanggung-tanggung, melanggar 5.000 larangan dalam UU Pajak!

Pada akhirnya Capone diseret ke pengadilan. Pada 5 Juni 1931, keterangan dari petugas keuangan, yang menyebutkan memang tak ada pajak masuk dari Capone, memperkuat dakwaan pada sang bos mafia.

Jaksa Agung Johnson pun memerintahkan agar Capone lekas-lekas diadili. Sidang dimulai 6 Oktober 1931. Ness memberikan kesaksiannya setiap hari. Setelah persidangan selama dua minggu yang melelahkan, palu hakim pun diketuk; Capone harus mendekam 11 tahun dalam penjara federal.

Al Capone akhirnya meninggal pada 25 Januari 1947 karena sakit setelah melewati hari-harinya selama 11 tahun di penjara dan di rumah sakit

SEJARAH AL CAPONE


NEW YORK, musim dingin 1899. Salju jatuh dan membuat kawasan Brooklyn Borough seputih kapas. Orang malas keluar. Jalanan menyepi.

Didera oleh suhu yang menggigit tulang, pasangan Gabriele dan Teresina Capone tengah berharap-harap cemas menanti kelahiran anak ke-4 mereka.

Tak banyak yang diketahui orang perihal detik-detik kelahiran bayi laki-laki yang kemudian diberi nama Alphonse Gabriel Capone itu. Tapi sejarah mencatat, kemunculan Alphonse pada 17 Januari 1899 bagaikan api yang menghangatkan rumah Keluarga Capone.

Gabriele adalah seorang tukang cukur dari Castellammare di Stabia, sebuah kota sekitar 16 mil (24 km) selatan Napoli, Italia. Teresina, putri Raiola Angelo Angri, adalah penjahit di sebuah kota di Provinsi Salerno. Menurut sumber tulisan ini, Wikipedia, keluarga Capone memiliki delapan (dari sembilan) anak:

  1. James Capone (1892 – 1 Oktober 1952)
  2. Raffaele Capone (12 Januari 1894 – 22 November 1974)
  3. Salvatore “Frank” Capone (Januari 1895 – 1 April 1924)
  4. Alphonse “Scarface Al” Capone (17 Januari 1899 – 25 Januari 1947)
  5. John Capone (1901 – 1994)
  6. Albert Capone (1906 – Juni 1980)
  7. Matius Capone (1908 – 31 Januari 1967)
  8. Rose Capone (lahir dan meninggal 1910)
  9. Mafalda Capone (kemudian Mrs John J. Maritote, 28 Januari 1912 – 25 Maret 1988)

Anak-anak Keluarga Capone itu dibesarkan dalam latar belakang agama yang kuat. Ibu mereka adalah seorang penganut Katolik Roma yang taat.

Keluarga Capone berimigrasi ke Amerika Serikat pada 1893 dan menetap di Navy Street 95, di dekat Galangan Angkatan Laut bagian Brooklyn.

Ketika Al berusia 11 tahun, Keluarga Capone hijrah lagi ke Garfield Place, Park Slope, Brooklyn.

Menjalani masa kanak-kanak dengan keras, Capone drop out dari sekolah Umum New York pada usia 14 tahun, setelah diusir dari Public School.

Dia kemudian bekerja di pekerjaan sambilan di Brooklyn, termasuk di toko permen dan sebuah tempat boling. Di situlah Capone dekat dengan gangster Johnny Torrio, yang kelak dianggapnya sebagai mentor.

Setelah tugas awal kecil-kecilan dengan beberapa geng, termasuk The Junior, Capone bergabung Rippers Brooklyn yang kelak lebih dikenal dengan julukan Gang Five Points. Di situ dia dibimbing dan dipekerjakan oleh pemeras bernama Frankie Yale.

Gang Five Points dikenal sebagai kelompok yang keras dan tak pandang bulu. Dalam salah satu aksi mereka, Capone terluka di wajahnya, membuatnya dijuluki “Scarface”.

Pada 30 Desember 1918, Capone menikah dengan Mae Josephine Coughlin yang memberinya seorang anak bernama Albert Francis (“Sonny”) Capone.

Setelah itu, Capone berangkat New York untuk Chicago, tanpa istri dan anaknya. Capone membeli sebuah rumah sederhana di Prairie Ave pada 1923 dengan harga USD $ 5.500.

Datang atas undangan Johnny Torrio sang penguasa Chicago, Capone sempat bentrok dengan Gang Tangan Hitam. Semua anggota kelompok ini dibantainya.

Aparat keamanan Chicago pun memburunya. Capone menjadi tersangka dua kasus pembunuhan dan pemerkosaan, dan terpaksa lari mencari tempat yang aman dan pekerjaan yang lebih baik untuk keluarganya.

Chicago 1923. Terjadi reformasi besar-besaran. Wali Kota William Emmett Dever mulai menekan para gangster. Capone terpaksa memindahkan kantor pusatnya di luar jangkauan polisi dan menciptakan zona aman untuk operasinya ke Cicero, Illinois.

Capone mengambil alih kekuasaan mafia Cicero pada 1924. Gangster Cicero di bawah pimpinan Myles O’Donnell dan saudaranya William “Klondike” O’Donnell sempat bertempur melawan anak buah Capone. Tapi kalah. Perebutan wilayah ini menyebabkan kematian lebih dari 200 orang, termasuk yang terkenal “Hanging Jaksa Penuntut” Bill McSwiggins.

Pada 1924, pemilihan dewan kota di Cicero pun kelak dikenal sebagai salah satu pemilu yang paling bengkok di daerah Chicago. Para pemilih diancam para preman di beberapa TPS. Calon wali kota yang disokong Capone pun akhirnya menang dengan margin suara besar.

Capone dan wali kota boneka secara berani menguasai Balai Kota. Mereka seperti ingin memberikan pernyataan yang kuat bahwa kekuasaan mereka merupakan kemenangan besar bagi aliansi Torrio-Capone.

Sayang, kemenangan itu dirusak oleh kematian saudaranya, Frank, di tangan polisi. Capone melolong di pemakaman saudaranya dan memerintahkan penutupan semua klub di Cicero untuk satu hari sebagai tanda hormat.

Capone terkenal selama Era Pelarangan. Dia mengendalikan sebagian besar Chicago dari bawah tanah dengan pendapatan kotor diperkirakan mencapai US $ 100 juta per tahun.

Kekayaan ini dihasilkan melalui segala macam usaha ilegal, seperti perjudian dan prostitusi, meskipun penghasil uang terbesar adalah penjualan minuman keras. Ada kisah yang menyebutkan bahwa Capone memiliki kebiasaan “mewawancarai” pelacur baru bagi klubnya sendiri.

Roda waktu berputar. Capone makin menggurita ketika membuka bisnis minuman keras yang ketika itu dilarang oleh pemerintah negara bagian setempat.

Melonjaknya permintaan minuman keras dipenuhi oleh jaringan transportasi yang diselundupkan dari Pantai Timur dan The Purple Gang di Detroit, serta pasokan lokal berupa pabrik bir ilegal.

Dengan dana yang dihasilkan oleh operasi penyelundupan, cengkeraman Capone pada politik dan instansi penegak hukum di Chicago pun tumbuh lebih kuat. Dan semakin kuat.

Melalui korupsi yang terorganisasi inilah, termasuk menyuap Walikota Chicago, William “Big Bill” Hale Thompson, operasi geng Capone bebas dari gangguan hamba hukum.

Capone bebas menikmati gaya hidup mewah. Ia mengisap cerutu kelas satu. Makanan lezat dan minuman pilihan. Favoritnya Templeton Rye yang dikirim khusus dari Iowa. Ia juga mengoleksi perhiasan dan teman wanita.

Perhatian media massa pun tersedot oleh karisma dan uangnya. Di depan wartawan yang mencegatnya, Capone selalu merendah, “Aku hanya seorang pengusaha, orang-orang yang memberikan apa yang mereka inginkan dan yang saya lakukan adalah memuaskan permintaan publik.”

Capone menjadi seorang pesohor. Juga sasaran tembak. Kekerasan demi kekerasan harus dia hadapi setiap saat. Rival-rivalnya selalu menginginkan balas dendam. Mereka yang usahanya terpaksa gulung tikar oleh Capone termasuk kelompok gangster Hymi Weiss dan Bugs Moran. Lebih dari sekali, mobil Capone disiram peluru. Tapi dia selalu lolos.

Cuaca di atas Al Capone baru berubah ketika pada 1929 muncul seorang penyidik yang gigih, Eliot Ness. Dengan tekun Ness menginvestigasi jejak kejahatan Capone dan bisnisnya. Dia menutup banyak tempat pembuatan bir dan sarang penyelundupan Capone. Pendeknya, Ness adalah mimpi buruk bagi Capone.

Berkat usaha yang gigih dan tak kenal menyerah, Ness berhasil menyeret Capone ke meja hijau. Pada 1931, Capone didakwa atas penggelapan pajak dan berbagai pelanggaran terhadap Undang-Undang Volstead.

Setelah sidang yang panjang, Capone dinyatakan terbukti bersalah mengemplang pajak dan melanggar Undang-Undang Volstead. Hakim memvonis Capone hukuman sebelas tahun penjara dan denda sejumlah uang. Capone melawan dan mencoba naik banding. Tapi ditolak.

Pada Mei 1932, Capone dikirim ke Atlanta US Lembaga Pemasyarakatan, penjara federal yang tangguh, tapi ia mampu memperoleh hak-hak istimewa. Ia kemudian dipindahkan ke Alcatraz yang sangat ketat dan tanpa kompromi.

Capone dibebaskan bersyarat pada tanggal 16 November 1939, menghabiskan waktu singkat di rumah sakit, lalu kembali ke rumahnya di Pulau Palm, Florida, hingga ajal menjemputnya pada 25 Januari 1947.